Bounce rate adalah metrik penting yang diperhatikan oleh praktisi SEO, pemilik bisnis, hingga performance marketing.
Metriks ini menggambarkan seberapa efektif halaman website mempertahankan pengunjung lebih lama di halaman, atau langsung pergi begitu saja.
Meski dianggap negatif, bounce rate tidak selalu jadi cerminan buruk sebuah website.
Karena bounce rate juga bergantung pada jenis industri, tujuan halaman, dan audience behaviour.
Untuk itu, mari kita ulas lebih jauh tentang bounce rate.
Apa itu Bounce Rate?
Bounce rate adalah tolak ukur pengunjung yang meninggalkan halaman website tanpa melakukan aktivitas seperti klik, mengisi form, atau membuka halaman lain..
Ini juga jadi salah satu indikator penting dalam menilai kualitas halaman dan relevansi konten terhadap ekspetasi pengunjung.
Semakin tinggi angka bounce rate, maka besar kemungkinnan pengunjung tidak mendapatkan apa yang mereka cari atau tidak tertarik untuk menelusuri halaman website lebih jauh.
Namun, perlu dipahami dulu konteksnya sebelum menilai bahwa bounce rate tinggi adalah hal yang buruk.
Bounce rate dalam Digital Marketing
Dalam konteks digital marketing bounce rate mempengaruhi performa kampanye secara keseluruhan.
Misalnya landing page ads yang diikalnkan memiliki bounce rate yang tinggi.
Maka bisa disimpulkan jika partikel lain dalam ads tersebut (copy, content, creative) tidak cukup relevan dengan isi halaman atau pesan yang disampaikan tidak sesuai.
Sebaliknya, jika bounce rate memiliki angka yang kecil, maka ini menunjukkan jika audience merasa relevan dengan isi pesan ads atau website dan terdorong untuk menjelajah lebih jauh.
Faktor yang mempengaruhi Bounce Rate
Beberapa faktor umum yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya bounce rate antara lain:
1. Kecepatan loading halaman
Pengunjung cenderung meninggalkan halaman yang lambat terbuka.
2. Desain dan UX (User Experience)
Layout yang membingungkan atau tidak responsif di perangkat mobile bisa membuat pengguna cepat keluar.
3. Kualitas konten
Artikel yang tidak relevan, terlalu pendek, atau tidak menjawab pertanyaan pengguna membuat mereka kehilangan minat.
4. Intent pengunjung
Jika pengunjung hanya butuh informasi singkat (seperti alamat atau jam buka), mereka mungkin keluar setelah mendapatkannya, meskipun halaman tersebut sebenarnya efektif.
5. Pop-up dan iklan yang mengganggu
Terlalu banyak interupsi visual dapat membuat pengunjung frustrasi dan segera pergi.
6. Jaringan internet pengguna
Selain daripada sisi pemilik website atau ads, koneksi internet pengguna yang lemot juga dapat berdampak pada peningkatan bounce rate sebuah website.
Berapa angka Bounce Rate yang bagus?
Bounce rate yang ideal bervariasi tergantung pada jenis industri dan tujuan situs web Anda. Menurut Jetpack, berikut adalah rata-rata bounce rate berdasarkan sektor industri:
1. E-commerce dan Retail
Rata-rata bounce rate: 20%–45%
Catatan: Situs e-commerce yang dioptimalkan dengan baik cenderung memiliki bounce rate lebih rendah karena pengunjung mudah menemukan produk yang mereka cari, yang mendorong mereka untuk menjelajahi lebih banyak halaman.
2. B2B (Business-to-Business)
Rata-rata bounce rate: 30%–55%
Catatan: Konten berkualitas tinggi yang secara efektif mengkomunikasikan nilai dapat membantu menurunkan bounce rate di sektor ini.
3. Media dan Publikasi
Rata-rata bounce rate: 40%–60%
Catatan: Situs media dan publikasi sering kali memiliki kunjungan satu halaman untuk artikel atau berita, yang membuat bounce rate di kisaran ini normal.
4. Real Estate
Rata-rata bounce rate: 30%–50%
Catatan: Bounce rate dipengaruhi oleh seberapa menarik dan berguna konten serta listing properti bagi pengunjung.
5. Kesehatan
Rata-rata bounce rate: 55%–70%
Catatan: Pengunjung sering kali meninggalkan situs setelah dengan cepat memeriksa detail layanan atau informasi kontak.
6. Perjalanan dan Perhotelan
Rata-rata bounce rate: 30%–45%
Catatan: Visual yang menarik dan proses pemesanan yang mudah dapat secara signifikan memengaruhi perilaku pengguna dan menurunkan bounce rate.
7. Keuangan dan Asuransi
Rata-rata bounce rate: 40%–65%
Catatan: Tingkat bounce rate tergantung pada kompleksitas informasi yang disajikan dan kejelasan ajakan bertindak (call to action).
8. Pendidikan dan Nirlaba
Rata-rata bounce rate: 35%–60%
Catatan: Konten yang menarik dan navigasi yang jelas dapat membantu mempertahankan pengunjung lebih lama di situs.
9. Teknologi dan Software
Rata-rata bounce rate: 35%–60%
Catatan: Bounce rate dipengaruhi oleh seberapa baik situs menyampaikan proposisi nilai dan kemudahan navigasi bagi pengguna.
Cara menghitung Bounce Rate
Google Analytics mendefinisikan bounce rate dengan formula berikut:
Bounce Rate (%) = (Jumlah single-page session / Total session) x 100
Contoh: Jika dari 1.000 sesi yang terjadi, 400 di antaranya adalah sesi di mana pengunjung hanya membuka satu halaman, maka bounce rate-nya adalah:
(400 / 1.000) x 100 = 40%
Cara Mengoptimasi Bounce Rate
Ada beberapa cara untuk mengurangi bounce rate pada halaman website, yang bisa kamu coba:
- Percepat loading halaman menggunakan image compression, lazy load, dan optimasi script.
- Tingkatkan kualitas konten dengan membuat artikel yang menjawab intent pengguna dan berikan solusi yang lengkap.
- Gunakan CTA yang jelas agar pengunjung tahu tindakan selanjutnya.
- Buat internal linking yang relevan untuk mengarahkan pembaca ke artikel lainnya.
- Pastikan desain responsif dan nyaman di semua perangkat.
- Analisis halaman dengan bounce rate tertinggi lalu perbaiki elemen yang mengganggu.
Butuh optimasi SEO untuk website Anda?
Kami siap membantu Anda mengoptimasikan pagespeed, SEO, dan performance website lebih baik!
Hubungi kami sekarang, dan konsultasikan kebutuhan Anda.